IMAGINED CURATORIAL: Seminar dan Lokakarya Kuratorial

Beberapa dasawarsa setelah istilah ‘kurator’ dan ‘kuratorial’ pertama kali diperkenalkan dan digunakan secara ekstensif dalam penyelenggaraan pameran-pameran seni rupa di Indonesia sejak 1990-an, berbagai pertanyaan seputar apa, siapa dan bagaimana kerja seorang kurator masih terus relevan dipersoalkan.
Pertnyaan-pertanyaan itu tentu saja berkenaan dengan perkembangan praktek dan kerja kurator di masa depan, terutama dalam medan seni rupa Indonesia yang juga terus berkembang. Menyusul gelombang globalisasi yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir, seni rupa kontemporer masih terus bergulir sebagai praktik dan wacana yang terus-menerus memperbaharui diri, termasuk dalam presentasinya di ruang pamer. Kurator seni rupa, oleh karena itu, dituntut untuk dapat terus mengembangkan ide-ide kuratorial mereka, sehingga praktik seni rupa kontemporer dapat dimediasikan secara memadai sebagai pengetahuan kepada khalayak luas.
Dalam lima tahun terakhir, medan seni rupa Indonesia juga diwarnai dengan riak-riak perkembangan baru: Kekuratoran seni rupa di Indonesia telah mengalami regenerasi dengan bermunculannya sosok-sosok kurator baru. Mereka datang dari berbagai latar belakang pendidikan, tidak saja berasal dari bidang seni rupa, melainkan juga dari bidang filsafat, kajian budaya, komunikasi dan sebagainya. Di pihak lain, kesadaran akan keilmuan kuratorial juga telah muncul dalam perguruan tinggi seni rupa. Kerja kuratorial mulai dilihat sebagai sebuah kerangka kerja yang bersifat akademis, bukan hanya vokasional. Teori, metode dan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan kerja kuratorial mulai dikembangkan, dikaji dan dibahas. Dibukanya sejumlah museum partikelir, diluncurkannya skema-skema hibah produksi dan pameran seni rupa oleh lembaga pemerintah, serta masih maraknya acara-acara seperti biennale, art fair dan pameran-pameran di berbagai ruang seni. Semua itu adalah perkembangan yang positif.
Pada saat yang sama, medan seni rupa Indonesia memiliki kebutuhan yang semakin besar untuk profesi kuratorial, tidak hanya secara kuantitas, tetapi juga kualitas. Dibutuhkan kegiatan-kegiatan atau forum yang bermutu, yang secara reguler membahas tentang praktik dan wacana kuratorial.